Tuesday, January 22, 2013

KEBUNTINGAN PADA KUCING


PERIODE ATAU MASA KEBUNTINGAN PADA KUCING

Setelah selesai dikawinkan, pemilik harus memperhatikan induk kucing, terutama kondisi tubuhnya. Bila terlihat betina bunting maka harus segera mempersiapkan segala sesuatu untuk merawatnya lebih intensif. Hal ini hampir sama dengan seorang ibu yang tengah hamil muda yang sangat riskan bila terkena guncangan sehingga dapat berakibat keguguran. Aktivitas mulai berkurang, kondisi tubuh pun lemah. Namun demikian, induk kucing pun tetap membutuhkan olahraga, seperti jalan-jalan meskipun dalam porsi kecil.
Umumnya, kucing betina mengalami masa bunting sampai kelahiran selama 59-70 hari. Pencatatan dapat dimulai pada hari pertama kucing jantan dan betina “bercampur” yang terjadi 1 hari dan berulang-ulang dalam setiap jam, atau beberapa hari dan berulang dalam setiap harinya sejak hari pertama hingga 7 hari kemudian. Jangan membiarkan pencampuran terjadi kekosongan sampai 3 hari karena akan sulit memprediksi jarak atau waktu kelahiran terlalu lama.

Penanggalan perkembangan fetus pada induk betina sebagai berikut:

1.       Minggu I
Lakukan pencatatan hari pertama kucing betina “bercampur” dengan pasangannya. Waktunya 1-7 hari. Pisahkan kucing jantan dan betina setelah selesai perkawinan. Dalam periode ini, kucing betina mengeluarkan Luteinizing Hormon (LH) yang dibutuhkan untuk pematangan sel telur di ovarium, lalu sperma berpindah ke kantung sel telur, hingga sel telur berkembang menjadi blastula kemudian terjadi perkembangan organ-organ penting lainnya.

2.       Minggu II-III
Pada saat ini terkadang disertai mual karena terjadi perubahan hormonal atau peregangan dari uterus, lesu, nafsu makan berkurang, dan muntah-muntah. Usahakan frekuensi makan sering diberikan sekalipun dalam porsi sedikit. Dokter hewan dapat memberikan obat agar uterus rileks.
Kucing betina yang sedang bunting memperlihatkan tingkah yang lebih tenang atau malas, sering tidur, nafsu makan turun pada 1-2 minggu pertama, bahkan disertai muntah. Repotnya bila kucing bunting mogok makan atau nafsu makannya turun sampai melahirkan. Tugas breeder untuk menyuapi, bahkan mencekoki pakan agar kucing tetap mendapat gizi yang cukup untuk perkembangan fetusnya.
Kebuntingan minggu ke-2 hingga ke-3 ini, puting susu berubah menjadi pink (merah muda) dan membesar serta bulu di sekitar puting menipis.
Pada usia kebuntingan ini, dapat digunakan pula Ultra Sonografi (USG) untuk mendiagnosa kebuntingan secara dini. Metode yang digunakan dapat berupa metode A-scanning pada usia 18-20 hari post coitus atau metode B-scanning pada usia 18-19 hari post coitus.

3.       Minggu IV-VI
Bagi breeder yang berpengalaman atau dokter hewan dapat melakukan palpasi bagian abdomennya karena embrio sudah berkembang seukuran jari. Pemeriksaan dengan mendengarkan suara denyut nadi fetus dan induk pun dapat dilakukan dengan stetoskop. Jumlah anak pun terkadang bisa dihitung dengan USG metode B-scanning pada usia 28-35 hari kebuntingan. Sedangkan untuk mengetahui detail tubuh fetus dengan jelas pada 40 hari kebuntingan.
Pada minggu ke-6, porsi makan sudah dapat ditingkatkan. Berikan pakan bernutrisi yang memadai sesuai dengan kebutuhannya. Upayakan tidak mengganti produk yang telah diberikan sejak awal, sebab dapat berpengaruh pada nafsu makannya. Namun, kendalikan bobotnya jangan sampai terjadi kegemukan. Tambahkan suplemen, seperti multivitamin untuk membantu pertumbuhan fetus.
Pada minggu ke IV-VI, fetus sudah seukuran 25-30cm dan berkembang penuh seperti kucing mini. Perut induk pun mulai membesar. Pembiak harus benar-benar mencurahkan segala perhatiannya untuk kucing. Sebab masa-masa sulit induk selama bunting harus ditemani agar tidak stress, apalagi induk yang pertama kali bunting.

4.       Minggu VII-VIII
Pada minggu ini sangat mudah merasakan rabaan dan gerakan anakan di perut induk sehingga tidak sulit untuk menghitungnya. Induk mulai sering menjilati tubuhnya. Puting susu bertambah besar. Induk lebih sering beristirahat dan mulai mencari tempat yang nyaman dan tenang untuk calon anaknya.

5.       Minggu IX
Pada saat ini, nafsu makannya berkurang dan perut induk penuh dengan anak kucing. Menu makan dijaga porsinya, dan jangan diberikan dalam dosis berlebihan. Gerakan anak dalam perut sudah mulai terasa. Lantaran perut membesar, terkadang induk mulai sulit menjilati tubuhnya. Bersihkan puting susu dan vagina dengan kain atau kapas yang dibasahi air hangat. Bulu di sekitar putting dapat dicukur.
Seminggu sebelum kelahiran biasanya cairan susu (getah bening) sudah mulai keluar dari puting. Ukur temperatur tubuh selama 12-24 jam, sebelum kelahiran tiba. Idealnya, suhu tubuh 37,5°-38,5°C. Apabila terlihat cairan ketuban mulai pecah, pertanda waktu kelahiran sudah tiba. Apalagi induk mulai kontraksi atau merejan, gelagat,dan kegelisahan tampak nyata. Persalinan dapat terjadi pada hari ke 59-70. namun, bila terjadi sebelum 58 hari, fetus sangat muda dan susah dipertahankan.

Monday, January 14, 2013

TENTANG KELINCI

Mengenal Penyakit Pencernaan Kelinci


Umumnya gangguan pada kesehatan kelinci bisa disebabkan karena faktor kurangnya kebersihan kandang, perubahan lingkungan, perlakuan yang salah/over handling, manajemen pakan tidak tepat, perilaku kelinci, dan tentu saja karena organisme/mikroorganisme pengganggu (bakteri, virus dan parasit). Gangguan dan penyakit pencernaan menduduki peringkat tertinggi penyebab kematian kelinci.

Setidaknya demikian dinyatakan drh Slamet Raharjo MP, pengajar bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Hewan UGM pada Seminar Kesehatan Kelinci yang digelar Himpunan Studi Ternak Produktif Fakultas Kedokteran Hewan UGM beberapa waktu lalu. Slamet Raharjo menyatakan, kelinci sebenarnya merupakan hewan yang menyukai kebersihan.

Sementara itu peternak kelinci kawakan asal Kulon Progo – Jogjakarta, Johan Arifin menyatakan peternak biasanya mengabaikan tata letak sangkar/kandang kelinci. “Kelinci tidak tahan sumpek, tapi juga tidak terpaan angin langsung. Kelinci juga tidak tahan terik sinar matahari langsung,” tuturnya.

Kembung
Johan Arifin menyatakan kembung hingga saat ini merupakan gangguan kesehatan paling ditakuti peternak kelinci. “Kematian bisa terjadi dalam hitungan menit hingga jam. Pagi kembung, sore bisa mati,” ungkapnya. Kelinci terlihat lesu, lemah, dan perut menggembung.

Menurut Slamet Raharjo, kembung bisa disebabkan oleh kedinginan dan salah pakan. “Hijauan yang diberikan sering bercampur dedaunan muda ataupun daun leguminosa. Keduanya menghasilkan gas saat dicerna, padahal kelinci berlambung kecil sehingga cepat penuh,” ungkapnya. Kembung di lambung bisa sembuh jika cepat ditangani, sedangkan kembung pada sekum sulit disembuhkan. Untuk itu Slamet menyarankan untuk menghindari pemberian pakan hijauan segar untuk kelinci. “Dilayukan atau hampir kering lebih aman,” sarannya.

Kembung pada lambung bisa diatasi dengan sonde (pipa plastik lembut) yang dimasukkan lewat mulut, sehingga udara yang terjebak akan keluar. Selain itu, bisa juga menggunakan trokarisasi (ditusuk dengan jarum khusus serupa pipa kecil). “Sayangnya, jika kembung di sekum maupun usus besar di trokarisasi pun biasanya hanya menunda kematian. Sebab dinding usus bagian itu sangat tipis, sehingga pasca trokarisasi rawan kebocoran isi sekum,” papar dokter hewan spesialis exotic and wild animal itu.

Obat yang dapat diberikan antara lain pemberian penenang acepromazin dan xylazin dengan terapi suportif infus, vitamin, ATP,dan antibiotik. Peternak kelinci umumnya juga memberikan antasida untuk meringankan kembung pada lambung.

Koksidiosis
Koksidiosis disebabkan oleh protozoa Eimeria Spp yang menyerang hati (hepatik) ataupun pencernaan (intestinal) kelinci. Pada jenis hepatik, kelinci menderita gejalamata dan kulit berwarna kuning disertai hepatomegali (pembesaran hati). Sedangkan pada jenis intestinal, kelinci mengalami diare, anoreksia (hilang nafsu makan), dan distensi abdomen.

Selain disebabkan lingkungan, pakan dan air yang kurang bersih koksidiosis juga muncul akibat over handling, terutama pada kelinci hias. “Kelinci hias rawan ditimang dan digendong secara berlebihan. Padahal sebagai hewan nocturnal, siang hari kelinci mestinya beristirahat. Saat kondisi down, biasanya muncul koksi-nya,” papar Slamet.

Koksidiosis juga bisa ditularkan dari induk, sehingga muncul pada anaknya pasca sapih. Pada saat masih menyusu, anak kelinci sebenarnya sudah terpapar, tetapi bersifat sub klinis. “Begitu lepas sapih, kelinci tidak mendapat suplai imunoglobulin dari susu induknya sehingga gejala klinisnya muncul,” terang Slamet. Maka sangat logis jika 90% koksidiosis menyerang kelinci lepas sapih hingga umur 6 bulan.

Untunglah, koksidiosis bisa disembuhkan. Obat yang diberikan berupa antibiotik yang bisa memutus siklus hidup protozoa seperti sulfa-trimetoprim. Selain itu bisa pula diberikan sulfaquinoxaline dan nitrofurans. “Pola pemberiannya 3-2-3 (3 hari diberi obat, 2 hari istirahat dan dilanjutkan 3 hari lagi). Nitrofurans bisa diberikan selama 14 hari sedangkan yang lain cukup 7 hari,” Slamet.

Enteritis (Diare)
Diare, menurut Slamet disebabkan oleh parasit cacing, protozoa dan bakteri-bakteri enterik seperti Salmonella, Shimeria, dan E coli. Gejala umum enteritis adalah diare, feses encer, berlendir, dan kadang disertai darah. “Beda dengan diare koksidiosis yang fesesnya seperti pasta, kalau enteritis feses encer,” tegasnya. Pemeriksaan sebaiknya tak hanya fisik, tetapi dilanjutkan dengan pemeriksaan laboratorium pada sampel darah dan feses, agar penanganannya tepat.

Obat yang bisa diberikan antara lain antibiotik neomisin 80 mg/kg BB/hari selama 3 hari atau kloramfenikol 3 mg/kg BB/hr selama 3 hari. Kelinci bisa juga disupport dengan infus dengan Pepto-Bismol 0,8 ml PO/6jam maupun LRS (Lactat Ringer Solution) 10 – 15 ml/kg BB/IV/SC, secara subkutan maupun intraperitoneal.

Hairball (Trichobezoar)
Terjadi karena masuknya rambut/bulu kelinci ke dalam saluran pencernaan, kemudian terakumulasi dalam jangka waktu lama hingga mengeras. Hal ini akibat kelinci suka menjilati-jilat tubuh.Menurut Slamet, bola rambut atau hairball ini ditemukan dalam lambung maupun sekum. Kelinci yang mengalami gangguan ini biasanya mengalami anoreksia, diare, depresi,dan kehilangan berat badan. “Weight loss dapat menyebabkan kematian pada 3 – 4 pekan kemudian,” katanya.

Penyembuhan selain operasi adalah dengan terapi jus nanas segar 5-10 ml PO/24 jam selama 5 hari. Bisa juga dengan mineral oil 20 PO, obat sembelit/laxative, atau obat hairball untuk kucing (hairball paw gel). Menurut Slamet Raharjo, terapi jus nanas merupakan pilihan paling murah dan cukup ampuh. “Jus nanas bersifat melunakkan hairball dan mengurai rambutnya sehingga bisa dikeluarkan bersama feses,” terangnya. Pencegahan dilakukan dengan cara menyisir secara teratur.

(Sumber : http://www.trobos.com/show_article.php?rid=8&aid=3285)